BALADATERBUNUHNYA ATMO KARPO Karya : W.S. Rendra Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para Mengepit kuat-kuat lutut menunggang perampok yang diburu Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang Segenap warga desa mengepung hutan itu Dalam satu pusaran pulang balik Atmo
Biografi sastrawan Seno Gumira Ajidarma menarik untuk dibahas mengingat banyaknya karya yang telah ia ciptakan. Karya-karya itu telah mengantarkannya meraih sejumlah penghargaan, baik dari dalam maupun luar negeri. Dan menariknya lagi, pengarang yang mengawali kariernya sebagai seorang wartawan ini enggan disebut sastrawan dan pernah menolak penghargaan di bidang sastra, lho! Kenapa, ya? Untuk mengetahuinya, simak kisah perjalanan karier lengkap Seno Gumira Ajidarma di bawah ini!Siapa yang tak mengenal sastrawan-sastrawan kenamaan seperti Chairil Anwar, WS Rendra, dan Sapardi Djoko Damono? Selain nama-nama tersebut, ada satu lagi pengarang terkenal yang perlu kamu ketahui biografi dirinya, yaitu Seno Gumira Seno Gumira Ajidarma di dunia literasi Indonesia tentulah sudah tidak diragukan. Memulai proses kreatif sejak berusia 17 tahun, pria kelahiran 19 Juni 1958 ini tercatat telah banyak menelurkan karya tulisan, baik fiksi maupun banyak menulis puisi, cerpen, novel, serta esai yang dimuat di surat kabar dan diterbitkan dalam buku antologi. Tak sedikit pula cerpen karyanya yang menerima penghargaan dari dalam hingga luar begitu, pengarang yang dikenal dengan nama samaran Mira Sato ini justru menolak disebut sebagai seorang sastrawan. Ia memilih disebut sebagai wartawan, karena menurutnya kata itu lebih mampu mewakili profesinya, yaitu seorang penulis. Sepanjang kariernya, ia tak hanya hadir menyuguhkan karya sastra, tetapi juga terlibat dalam penulisan kreatif lainnya. Salah satunya ialah ketika ia dipercaya bergabung dengan tim penulis skenario untuk film Wiro Sableng 212 2018. Penasaran ingin tahu kisah perjalanan hidup dan kariernya secara lengkap? Jangan khawatir, KepoGaul telah merangkum biografi Seno Gumira Ajidarma di artikel ini. Simak baik-baik, siapa tahu kamu dapat meneladani sosoknya. Selamat membaca! Sumber Twitter – thebookseller Hal pertama yang perlu kamu tahu dari biografi Seno Gumira Ajidarma adalah seputar kehidupan pribadi dan pendidikannya. Kamu bakal kaget sekaligus kagum karena ternyata ia pernah “nakal” sewaktu remaja. Untungnya, kenakalannya tidak berlangsung lama dan ia segera kembali fokus mengenyam pendidikan sekaligus menekuni dunia tulis-menulis. Untuk mengetahui detail yang lebih lengkap, berikut informasinya. 1. Kehidupan Masa Kecil Seno Gumira Ajidarma ialah putra dari pasangan Prof. Dr. Sastroamidjojo dan dr. Poestika Kusuma Sujana. Ia lahir di Boston, Amerika Serikat tanggal 19 Juni 1958, tetapi tumbuh dan besar di Yogyakarta. Sejak muda, ia telah mengenal kesusastraan dan banyak membaca buku-buku kisah petualangan. Salah satu karya yang disukainya adalah cerita tentang suku Apache karya Karl May yang mengisahkan petualangan tokoh bernama Old Shutterhand. Kisah Old Shutterhand sanggup memengaruhi Seno Gumira. Sampai-sampai, gara-gara membacanya ia jadi ikut-ikutan berpetualang, mengembara ke Jawa Barat hingga Sumatera. Demi petualangannya, ia bahkan menolak melanjutkan SMA. Selama mengembara sekitar 3 bulan, ia sempat bekerja sebagai buruh pabrik kerupuk di Medan karena kehabisan uang. Di masa sulitnya itu, Seno menghubungi sang ibu untuk meminta uang. Alih-alih memberikan uang pada putranya, sang ibu malah mengirimkan tiket pulang. Mau tak mau, penulis cerita Sepotong Senja untuk Pacarku 2002 ini pun kembali ke Yogyakarta. Ia kemudian masuk ke SMA Kolese De Britto, sekolah swasta yang membebaskan siswanya untuk tidak mengenakan seragam. Baca juga Biografi Sapardi Djoko Damono, Sang Pujangga Sederhana Asal Solo 2. Masa Pencarian Identitas Biografi masa remaja Seno Gumira Ajidarma cukup menarik untuk dibahas lebih jauh. Layaknya kebanyakan remaja pada umumnya, ia pernah salah memilih teman bergaul meski tidak sampai terjerumus dalam pergaulan bebas. Kala itu, ia kerap ikut tawuran dan kebut-kebutan di jalan. Ia lebih banyak bergaul dengan anak-anak jalanan ketimbang teman-temannya yang tinggal di sekitar kediamannya di kawasan Bulaksumur UGM Universitas Gadjah Mada. Suatu kali dalam sebuah wawancara, ia pernah mengakui kenakalannya dikarenakan dirinya sedang berada di masa pencarian identitas. Pencarian identitasnya baru berhenti setelah ia mengenal sosok sastrawan WS Rendra. “Saat remaja, orang akan mencari identitas, ada yang berkelahi, ngebut, menjadi modis, dan lain-lain sebagainya,” ujarnya kepada White Board Journal tahun 2016. “Pencarian identitas saya berhenti ketika saya menonton Rendra. Seketika itu, entah kenapa saya langsung saya ingin jadi seperti beliau.” Baca juga Biografi Raden Patah, Keturunan Raja Majapahit yang Menjadi Pendiri Kesultanan Demak 3. Kuliah dan Menikah Sang maestro literasi kontemporer ini hijrah ke Jakarta untuk melanjutkan kuliah. Tahun 1977, ia diterima masuk di Jurusan Sinematografi Institut Kesenian Jakarta IKJ yang kala itu masih bernama Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta LPKJ. Pada 1981, Seno yang saat itu bekerja sebagai wartawan memutuskan untuk menikah dengan wanita bernama Ikke Susilowati. Dari pernikahan ini, keduanya dikaruniai seorang putra yang diberi nama Timur Angin. Di sela kesibukannya bekerja dan berkarya, ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan formal. Pengarang novel pentalogi Nagabumi sejak 2009 ini berhasil merampungkan S1-nya di IKJ dan lulus tahun 1994, kemudian meraih gelar Magister Ilmu Filsafat 2000 dan Doktor Ilmu Sastra 2005 dari Universitas Indonesia UI. Awal Mula Terjun ke Dunia Sastra Sumber Twitter – ubudwritersfest 1. Proses Kreatif Dimulai setelah Mengenal Teater Berbicara mengenai biografi Seno Gumira Ajidarma, kamu tentu penasaran bagaimana awal mulanya terjun ke dunia sastra. Rupanya, ia lebih dulu berkenalan dengan teater sebelum menekuni dunia yang membesarkan namanya. Proses kreatif sang sastrawan bermula sewaktu memasuki usia 17 tahun. Kala itu, ia bergabung dengan kelompok sandiwara bernama Teater Alam yang dipimpin oleh Azwar selama kurang lebih 2 tahun. Selama menjadi anggota Teater Alam, Seno rajin menulis dan mengirimkan karya berupa puisi maupun cerpen ke media-media cetak. Ia menjadikan Remy Silado dan Rendra sebagai motivator sekaligus inspirator baginya dalam berkarya. “Waktu itu, teater asing buat saya. Dan drama, saat itu kita tahu hanya hadir saat perayaan 17-an saja. Salah satu drama Rendra yang saya tonton adalah Mastodon dan Burung Kondor, karena judulnya yang unik. Sejak itu, nama Rendra itu semakin terdengar oleh saya,” kata Seno Gumira Ajidarma ketika diwawancara White Board Journal. Baca juga Biografi Tung Desem Waringin, Sang Motivator Kondang Pencetak Rekor MURI 2. Jadi Wartawan Demi Tetap Menulis Seno Gumira Ajidarma memulai kariernya di bidang jurnalistik tahun 1977 sebagai wartawan lepas untuk harian Merdeka, kemudian bekerja di majalah kampus Cikini 1980 dan Jakarta Jakarta 1985–1992. Ia pernah pula menjabat sebagai pemimpin redaksi di Sinema Indonesia dan redaktur di majalah mingguan Zaman 1983–1984. Tahun 1992, Seno sempat menganggur lantaran majalah Jakarta Jakarta berhenti terbit. Positifnya, ia jadi punya waktu kembali ke bangku kuliah untuk menyelesaikan pendidikan S1 yang sebelumnya sempat tertunda. Kendati sibuk kuliah, pria yang lahir di Boston ini tetap aktif sebagai jurnalis dan diperbantukan menjadi wartawan di tabloid Citra. Tak lama kemudian, ia kembali bekerja di Jakarta Jakarta pada akhir 1993. Barangkali, waktu yang dihabiskannya selama menjadi wartawan amat berarti bagi Seno. Bahkan, ia kerap menolak jika disebut sebagai sastrawan walaupun punya banyak karya karena menurutnya kata itu kurang mewakili profesinya. “Wartawan bisa menulis, kan? Jadi wartawan itu seolah-olah bisa mewakili semuanya,” tuturnya ketika diwawancara BBC tahun 2012. Baca juga Biografi Bob Sadino, Pengusaha Sukses yang Memulai Usaha dari Telur Ayam Negeri Koleksi Karya Fiksi dan Nonfiksi Sumber Twitter – kedaiboekoe Artikel biografi ini memaparkan pula karya-karya Seno Gumira Ajidarma yang sebagian besar berbicara mengenai politik dan kemanusiaan. Akan tetapi, tak sedikit pula karyanya yang bertemakan cinta dan kehidupan. Walau begitu, ia mengaku tidak memiliki pakem tertentu dalam berkarya. Seno lebih nyaman menulis sesuatu sesuai dengan kebutuhan, tergantung kepada siapa karyanya ditujukan. Misalnya, ia akan menulis dengan bahasa sederhana dan mudah dimengerti jika karyanya ditujukan untuk kepentingan banyak orang. “Itu tergantung kebutuhan. Kalau kebutuhannya adalah ide-ide saya pribadi, ya saya tidak peduli dimengerti atau tidak,” katanya kepada BBC 2012. “Tapi kalau urusannya persoalan orang banyak, demi kepentingan orang banyak, maka saya tentu menggunakan bahasa yang sebisa mungkin pasti dimengerti.” Yang jelas, tulisannya terbagi menjadi karya fiksi dan nonfiksi, semisal cerpen, novel, hingga esai. Daripada kamu penasaran, langsung saja intip keterangan seputar tulisan-tulisan Seno berikut ini! Baca juga Biografi Pangeran Antasari, Pahlawan Banjar yang Berusaha Mengusir Belanda dari Kampung Halamannya 1. Tulisan Fiksi a. Puisi dan Cerpen Seno Gumira Ajidarma pertama kali melahirkan karya berupa puisi yang dimuat di majalah Aktuil pada awal 1970-an. Semenjak itu, ia rajin menulis dan mengirimkan puisi-puisi di media cetak. Ratusan puisinya pun telah dirangkum dalam antologi, di antaranya yang berjudul Mati Mati Mati 1975; Bayi Mati 1978; dan Catatan-Catatan Mira Sato 1978. Adapun cerpen karyanya yang diterbitkan, tak sedikit pula jumlahnya. Sebagian besar dikumpulkan dalam beberapa buku antologi cerpen, sebut saja Manusia Kamar 1988; Saksi Mata 1994; Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi 1995; serta Sepotong Senja untuk Pacarku 2002. Dari daftar di atas, Manusia Kamar pernah dicetak ulang pada tahun 2000 dengan judul Matinya Seorang Penari Telanjang. Sementara itu, karyanya yang berjudul Saksi Mata dan Negeri Kabut 1996, masing-masing diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan judul Eye Witness oleh Jan Lingard dan The Land of Mists oleh Tim Kortschak. Kedua cerpen tersebut pun tidak hanya diterbitkan di buku antologi, tetapi juga di biografi bertajuk Sastrawan Indonesia Seno Gumira Ajidarma, Penerima Hadiah Sastra Asia Tenggara 1997. Hebat sekali, bukan? Lanjutkan membaca jika ingin tahu tentang karyanya yang lain! Baca juga Biografi Dewi Sartika, Sang Pejuang Hak-Hak Kaum Perempuan dari Priangan b. Komik dan Novel Awal 2000-an, Seno melebarkan sayap di dunia kepenulisan dengan mencipta komik. Beberapa komik yang pernah diterbitkan antara lain, Jakarta 2039, 40 Tahun 9 Bulan setelah 13—14 Mei 1998 2001; Taxi Blues 2001; dan Sukab Intel Melayu Misteri Harta Centini 2002. Di sisi lain, novel-novel karyanya juga terbilang fenomenal di kalangan pencinta sastra. Sebut saja Jazz, Parfum, dan Insiden 1996; Kitab Omong Kosong 1994; Biola Tak Berdawai 2004; Kalatidha 2007; Wisanggeni Sang Buronan 2000; dan Nagabumi I Jurus Tanpa Bentuk 2009. Berbeda dengan novel lain, Nagabumi merupakan cerita berseri yang diluncurkan bertahap. Tahun 2019, novel tersebut hadir dengan jilid ketiga berjudul Nagabumi III Hidup dan Mati di Chang’an. Sementara itu, jilid keduanya diberi judul Nagabumi II Buddha, Pedang dan Penyamun Terbang, dan dirilis pada 2011. c. Naskah Skenario Asal kamu tahu, pengarang serba bisa ini juga beberapa kali menulis naskah pertunjukan. Naskahnya berjudul Mengapa Kau Culik Anak Kami 2001 pernah dipentaskan dua kali di dua lokasi berbeda. Pertama di Taman Ismail Marzuki TIM Jakarta pada 6–8 Agustus 2001, selanjutnya di Taman Budaya Yogyakarta tanggal 16–18 Agustus 2001. Ia tercatat pula menulis naskah drama lain berjudul Pertunjukan Segera Dimulai 1976. Pada 1999, ia menulis naskah untuk Clara yang diadaptasi dari cerpen berjudul sama. Cerpen itu sebelumnya sudah dimuat di antologi Iblis Tak Pernah Mati 1999. Selain naskah drama, Seno Gumira Ajidarma dilibatkan pula dalam penulisan skenario film Wiro Sableng 212 2018 garapan Lifelike Pictures. Cerita dalam film ini didasarkan pada karakter pendekar bernama Wiro Sableng di novel seri karya Bastian Tito. Baca juga Biografi Mahatma Gandhi, Sang Pejuang Kemerdekaan Anti-Kekerasan 2. Tulisan Nonfiksi Tak hanya karya fiksi, melalui artikel biografi ini, kamu juga berhak tahu tulisan-tulisan nonfiksi yang pernah lahir dari tangan dingin Seno Gumira Ajidarma. Lantaran bekerja sebagai wartawan, ia pun banyak menerbitkan esai. Beberapa tulisan esainya yang terkenal antara lain, Surat dari Palmerah 2002; Kisah Mata Fotografi Antara Dua Subjek Perbincangan Tentang Ada 2002; Affair Obrolan Tentang Jakarta 2004; Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara 2005; dan Sembilan Wali dan Siti Jenar 2007. Penghargaan yang Pernah Diraih Sumber Twitter – LitBritish Kegigihan Seno Gumira Ajidarma untuk terus menciptakan karya terbukti berbuah manis. Ia terbilang sering menerima penghargaan sastra, baik dari dalam negeri dan mancanegara. Namun, tidak semua penghargaan diterimanya, lho! Seno ternyata pernah menolak penghargaan bidang kesusastraan dari Ahmad Bakrie Award tahun 2012. Akan tetapi, ia enggan menyebut alasannya secara pasti dan hanya memberikan jawaban yang filosofis sewaktu diwawancara BBC 2012. “Adakalanya dunia politik menyentuh kita, sehingga saya atau kita harus bersikap. Saya tidak bisa terus-menerus di menara gading. Ada keputusan saya harus turun,” ucapnya. “Ada titik tertentu tidak bisa menghindar lagi dari politik, sehingga tulisan saja tidak cukup.” Satu ditolak, tetapi ia masih mengantongi deretan penghargaan bergengsi lain. Apa saja? Berikut ini daftar penghargaan yang pernah diraih Seno sepanjang kariernya di dunia kesusastraan Indonesia. Penghargaan dari majalah Zaman tahun 1980 untuk cerpen Dunia Gorda Penghargaan dari harian Kompas tahun 1990 dan 1993 untuk cerpen Midnight Express dan Pelajaran Mengarang Penghargaan dari harian Suara Pembaruan 1991 untuk cerpen Segitiga Emas Dinny O’Hearn Prize for Literary 1997, Australia, untuk cerpen Saksi Mata South East Asia Write Award 1997, Bangkok, Thailand, untuk cerpen Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi Penghargaan dari Radio Arif Rahman Hakim 1997 untuk cerpen Kejadian Kusala Sastra Khatulistiwa Khatulistiwa Literary Award 2005, Indonesia Cerpen Terbaik pilihan Kompas tahun 2007 dan Anugerah Pena Kencana 2008 untuk Cinta di Atas Perahu Cadik Author of the Day di London Book Fair 2019 Meneladani Seno Gumira Ajidarma Lewat Biografi Dirinya Kagum dengan sosok Seno Gumira Ajidarma setelah membaca biografi lengkap dirinya di atas? Jika ingin menjadikan sang pengarang sebagai teladan, kamu juga perlu mengetahui satu lagi capaian dalam kariernya. Bahwasanya, ayah satu anak ini pernah menjadi juri Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta DKJ pada 2008. Sampai tahun 2010, namanya juga berada di jajaran tim juri ajang Festival Film Indonesia FFI. Ia disibukkan pula sebagai pengajar di Fakultas Film & Televisi IKJ, serta menjabat jadi rektor di kampus tersebut sejak tahun 2016. Seno kerap pula didapuk menjadi pembicara di acara-acara seminar kesusastraan dan kepenulisan. Selain Seno, masih banyak tokoh lain dari kalangan sastrawan maupun negarawan yang dapat kamu jadikan panutan, mulai dari Buya Hamka hingga Moh Hatta. Makanya, jangan lewatkan informasi tokoh-tokoh penting Indonesia di KepoGaul, ya. PenulisArintha AyuArintha Ayu Widyaningrum adalah alumni Sastra Indonesia UNS sekaligus seorang penulis artikel nonfiksi yang juga punya banyak jam terbang menulis fiksi, seperti cerpen dan puisi. Terkadang terobsesi menulis skrip untuk film atau sinema televisi. Punya hobi jalan-jalan di dalam maupun luar negeri. EditorNurul ApriliantiMeski memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Pertanian dari Institut Pertanian Bogor, wanita ini tak ragu "nyemplung" di dunia tulis-menulis. Sebelum berkarier sebagai Editor dan Content Writer di Praktis Media, ia pun pernah mengenyam pengalaman di berbagai penjuru dunia maya.
SenoGumira Ajidarma mengawali kariernya dengan bergabung bersama rombongan sandiwara Teater Alam pimpinan Azwar A.N. Berawal dari dunia teater, Seno kemudian masuk ke dunia sastra. Karyanya yang pertama berbentuk puisi dimuat dalam rubrik "Puisi Lugu" dalam majalah Aktuil, asuhan Remy Sylado. Setelah itu Seno menulis cerpen
Oleh SENO GUMIRA AJIDARMA, 1 Maret 2020 Malam berhujan di hutan baik untuknya. Ini membuat manusia kurang waspada karena titik-titik hujan pada setiap daun menimbulkan suara di mana-mana di dalam hutan sehingga pendengaran mereka teralihkan. Ilustrasi cerpen Minggu 1/3/2020 karya Ledek Sukadi untuk cerpen Seno Gumira. Malam berhujan di hutan baik untuknya. Ini membuat manusia kurang waspada karena titik-titik hujan pada setiap daun menimbulkan suara di mana-mana di dalam hutan sehingga pendengaran mereka teralihkan. Apalagi jika manusia ini alih-alih memburu dirinya, malah bercakap-cakap sendiri, mungkin untuk menghilangkan ketakutan dalam kegelapan tanpa rembulan. Ia merunduk di balik semak, antara bersembunyi tetapi juga siap menerkam. Iring- iringan manusia berjalan berurutan di jalan setapak di bawahnya. Di sisi lain jalan terdapatlah jurang berdinding curam yang menggemakan arus sungai di dasarnya. Suara arus tentu lebih mengalihkan perhatian. Gemanya bahkan membuat mereka harus berbicara cukup keras. ”Hujan begini Simbah tidak ke mana-mana kan?” ”Oooh kurasa hujan seperti ini tidak banyak artinya untuk Simbah, justru ini saatnya keluar untuk mencari mangsa yang menggigil kedinginan.” ”Berarti mangsanya itu kamu!” ”Huss!” ”Ha-ha-ha-ha!” ”Ha-ha-ha-ha!” ”Ha-ha-ha-ha!” Baginya ini hanya suara-suara karena ia memang tidak mengerti bahasa manusia. Namun, ia memang bisa memangsa salah seorang di antaranya. Ada sebuah celah di antara dua pohon besar di ujung jalan setapak ini, yang membuat mereka harus berhenti sejenak ketika satu per satu melewatinya. Setelah melangkahi akar-akar yang besar, setiap orang akan menghilang di baliknya. Akar- akar pohon sebesar itu memang tidak bisa dilangkahi, akar-akar itu harus dipanjati, seperti memanjat pagar tinggi lantas menghilang di baliknya dan tidak terlalu mudah untuk segera kembali lagi. Itulah saat terbaik untuk menerkam manusia yang paling belakang. Membuatnya terjatuh dan menggigit lehernya sampai lemas dan mati. Itu tidak dilakukannya. Untuk sekadar membunuh ia cukup muncul dan menggeram. Melihatnya menyeringai, manusia yang terkejut dan melangkah mundur akan terperosok dan melayang jatuh ke dasar jurang tanpa jeritan. Ini juga tidak dilakukannya. Ia hanya merunduk dan mengintai. Ia tidak berminat membunuh manusia, bahkan tidak satu makhluk pun, selain yang dibutuhkannya untuk menyambung kehidupan—dan saat ini ia tidak kelaparan karena sudah memangsa seekor kancil tadi siang. Kancil bodoh itu seperti lupa bau kencing pasangannya, bapak anaknya, yang pada setiap sudut menandai wilayah mereka. Adalah wajar bagi mereka untuk memangsa makhluk apa pun yang memasuki wilayahnya. Dengan hukum itulah, nasib sang kancil sudah ditentukan. Sebetulnya sudah lama bagaikan tiada makhluk apa pun akan memasuki wilayah mereka itu. Tidak babi rusa, tidak kijang, tidak pula burung-burung dan serangga. Pasangannya mesti mencari mangsa ke luar wilayah, begitu jauhnya sampai keluar dari hutan. ”Kambing kita lama-lama bisa habis dimakan Simbah,” kata salah seorang. Namun bukanlah ketakutan atas habisnya kambing, yang membuat orang-orang kampung masuk hutan mencarinya. Pada suatu hari pasangannya muncul dari dalam hutan di tepi ladang. Langsung didekatinya sesuatu di atas tikar, sesuatu di balik kain yang bergerak-gerak. Bagi makhluk besar yang lapar, makhluk kecil bisa terlihat sebagai santapan. Lantas terlihat olehnya bayi manusia itu. Menatapnya sambil tertawa-tawa. Hanya makhluk manusia yang bisa tertawa di dunia ini, dan itu membuatnya tertegun. Saat itulah dari tengah ladang mendadak terdengar suara bernada tinggi yang disebut manusia sebagai jeritan. Malam tanpa rembulan semakin kelam. Hujan tidak menderas tetapi tidak juga mereda. Ia memperhatikan orang-orang itu menjauh. Mereka semua, dua belas orang bercaping maupun berpayung daun pisang membawa tombak dan parang serba tajam. Keriuhan mereka tidak akan menghasilkan tangkapan apa pun karena tiada seorang jua dari mereka adalah pemburu. Ia tahu bukan orang-orang itu yang menjadi penyebab kematian pasangannya, melainkan pemburu yang masuk sendirian ke dalam hutan tanpa suara meski tubuhnya penuh senjata. Tombak di tangan, parang dalam sarung di punggung, pisau belati di pinggang kanan, dan umban di pinggang kiri. Pemburu itu bahkan tidak bergumam. Membaca jejak di tanah, berjalan melawan arah angin, makan seperlunya dan tidak memasak di dalam hutan. Jika mulutnya bergerak- gerak barangkali mendesiskan rapalan. Tentu pemburu itu telah melacak jejak semalaman ketika dengan tiada terduga, tetapi penuh rencana, muncul di depan gua batu tempat ia sedang menyusui anaknya. Ia segera menggeram dan berdiri melindungi anak jantannya. Pasangannya bahkan melompat dan menerjang ke arah pemburu itu, tetapi makhluk yang disebut manusia ternyata tidak hanya bisa tertawa, tetapi pandai memainkan tipu daya. Sangatlah mudah bagi pasangannya untuk menyusul pemburu itu ke tepi hutan, menyeberangi ladang, dan siap menerkamnya di tengah lapangan, tetapi tidak ada yang bisa dilakukannya selain menggeram-geram ketika ternyata muncul puluhan manusia mengepung sembari mengacung-acungkan tombak bambu ke arahnya. Pasangannya mencari celah, berputar-putar dalam kepungan yang semakin merapat, sampai hampir semua tombak itu menembus kulit lorengnya. ”Akhirnya!” Orang-orang berteriak lega atas nama keselamatan anak manusia, kambing, sapi, ataupun kerbau mereka, meski dalam kenyataannya kambing, sapi, dan kerbau di kampung itu lebih sering diambil, dibantai, dan dikuliti di kandangnya sendiri oleh para bapa maling berkemahiran tinggi. Kawanan bapa maling datang lewat tengah malam mengendarai mobil boks. Dengan mantra dalam campuran bahasa asing dan bahasa daerah yang tidak pernah digunakan lagi, mereka menyirep seisi rumah yang di kampung itu jaraknya saling berjauhan. Pagi harinya hanya tinggal isi perut ternak berserakan dengan bau anyir darah di mana-mana. Kambing yang diterkam penghuni rimba jumlahnya tidak seberapa dibanding pencurian ternak dengan mobil boks. Itu pun bisa terjadi karena kelalaian pemiliknya, jika tidak pintu kandang terbuka, sering diikat begitu saja di luar kandang, sehingga menjadi sasaran empuk makhluk pemangsa dari masa ke masa. Bahwa bayi manusia seperti akan menjadi mangsa itulah yang mengubah segalanya. ”Akhirnya terbunuh Si Embah ini!” ”Selesai sudah!” ”Belum …” Pemburu itu tidak berteriak, tetapi pengaruhnya lebih besar dari segala teriakan. ”Belum? Kita baru saja merajamnya begitu rupa sampai kulitnya tidak bisa kita jual.” ”Masih ada betinanya….” Semuanya ternganga. ”…dan masih ada anaknya.” Saat pasangannya itu tewas oleh puluhan bambu tajam, ia yang ternyata mengikuti dari belakang dapat menyaksikan dari kejauhan. Saat itu tidak ada satu pun di antara para manusia melihat ke arahnya. Tanpa bisa memberi bantuan, ia hanya berjalan mondar- mandir dengan gelisah. Ia masih berada di sana ketika menyaksikan betapa orang-orang kampung itu tetap menguliti pasangannya, dan membawanya pergi dengan mempertahankan agar kepalanya tetap tersambung pada kulit loreng tubuhnya. Katanya bisa menjadi hiasan dinding kantor kelurahan. ”Kita harus membunuh juga betinanya, ia pasti juga akan mencari mangsa di kampung kita!” ”Anaknya juga harus kita bunuh, kalau tidak tentu setelah dewasa membalas dendam!” Ia memang tidak memahami bahasa manusia, baginya itu hanya berarti suara-suara, tetapi nalurinya dapat merasakan ancaman. Kini dalam kelam berhujan, ia mengawasi orang-orang yang memburu dirinya itu dari suatu jarak tertentu. Ia telah memindahkan anaknya ke goa lain yang sama hangatnya pada malam hari, dan karena itu ia tidak perlu khawatir mereka akan menemukannya. Pemburu itu mungkin akan bisa, tetapi tidak malam ini, karena belum tahu bahwa goa yang ditemukannya sudah kosong. ”Betinanya baru saja beranak, dan anaknya masih terhuyung-huyung kalau berjalan….” Pemburu itu memberi petunjuk ke mana orang-orang kampung bisa menyergap makhluk pemangsa yang terandaikan bisa membalas dendam. ”Anakku sakit panas,” katanya memberi alasan. Dalam hatinya ia sudah bosan bekerja tanpa bayaran. Demikianlah rombongan orang-orang bertombak yang bercaping ataupun berpayung daun pisang muncul di ujung jalan setapak di tepi jurang ketika ia berada dalam perjalanan memburu pemburu. Ia merunduk di balik semak, membiarkan mereka lewat, dan membuntutinya sejenak untuk memastikan arahnya. Ia tidak membunuh seorang pun. Setibanya di kampung yang gelap dan sunyi di malam berhujan tanpa rembulan, sembari melangkah tanpa suara, terendus olehnya aroma pemburu yang tengik itu dibawa angin dari sebuah rumah terpencil. Sebuah rumah yang sengaja berjarak dan menjauhkan diri karena penghuninya yang selalu berikat kepala kusam merasa berbeda dari para petani bercaping. ”Orang-orang dungu,” pikirnya selalu. Terdengar tangis bayi yang tak kunjung berhenti. ”Panasnya belum juga turun, coba ambilkan air yang lebih dingin dari sumur, handuk ini seperti baru tercelup air rebusan,” ujar perempuan yang sedang menjaram anaknya itu. Jawabannya adalah desahan malas, disusul derik balai-balai bambu. Kemudian pintu rumah kayu itu terbuka. Dari dalam membersit cahaya lentera. Seorang lelaki berikat kepala dengan bau tubuh yang tengik berlari kecil ke arah sumur sambil membawa baskom. Hujan belum berhenti ketika ia meluncurkan ember pada tali timba ke bawah dan mengereknya kembali ke atas secepat-cepatnya. Dalam kesibukan seperti itu pun, kepekaannya sebagai pemburu tidak pernah berkurang. Ia melepaskan tali timba dan membalikkan badan secepatnya. Namun, kali ini sudah terlambat. Seno Gumira Ajidarma, lahir di Boston, Amerika Serikat, 19 Juni 1958. Kini menjabat sebagai Rektor Institut Kesenian Jakarta IKJ. Seno lebih dikenal setelah menulis trilogi karyanya tentang Timor Timur, yakni Saksi Mata 1994, kumpulan cerpen, Jazz, Parfum, dan Insiden 1996, novel, serta Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara 1997, kumpulan esai. Ledek Sukadi, lahir di Wonogiri, Jawa Tengah, 19 Oktober 1969. Ia menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Seni Rupa Yogyakarta. Ledek antara lain menerima penghargaan dari Pemerintah Kyoto, Jepang 1992, dan memenangi gelar lukis akbar di Candi Borobudur 1994
KONTEKSDALAM TEKS KUMPULAN CERPEN SENJA DAN CINTA YANG BERDARAH KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA” Karya, nama : Lina Putriyanti NIM : 0202513024 program studi : Pendidikan Bahasa Indonesia telah dipertahankan dalam Sidang Panitia Ujian Tesis Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang pada Rabu, 15 Juni 2016.
ArticlePDF Available AbstractCerpen Aku Kesepian Sayang. Datanglah, Menjelang Kematian karya Seno Gumira Ajidarma adalah cerpen bergaya absurd yang ditulis pada tahun 2002. Cerpen ini sangat populer di kalangan cerpenis atau pembacanya. Cerpen ini banyak mengungkap permasalahan hidup berupa kondisi kejiwaan tokoh serta kegelisahan yang selalu mengiringi tokoh tersebut. Perjalanan tokoh yang ditampilkan dalam cerpen ini memiliki karakter yang sangat kuat dengan kondisi psikologis tertentu. Kondisi tersebut disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi kejiwaan seseorang. Struktur kepribadian yang tergambar dalam prilaku tokoh utama tersebut sangat cocok apabila dikaji menggunakan teori kepribadian Sigmund Freud. Permasalahan yang muncul adalah, bagaimanakah sruktur kepribadian tokoh utama dalam cerpen tersebut, serta faktor apa yang mempengaruhi kejiwaannya? Hasil dari analisis menunjukan bahwa ditemukannya struktur kepribadian berupa id, ego dan superego dan faktor-faktor yang mempengaruhi kejiwaan manusia yang terdiri dari dua hal, yaitu faktor personal yang terdiri dari, faktor biologis dan faktor sosiopsikologis yang kemudian dibagi lagi yakni. Komponen afektif digolongkan menjadi faktor sosiogenesis yang tergolong dalam faktor ingin tahu, motif cinta, motif akan nilai dambaan dan maknakehidupan dan faktor, emosi, kognitif, dan konotatif. Sedangkan faktor situasional ditemukan faktor ekologi, suasana perilaku, stimulasi. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Kajian Psikoanalisis Cerpen ... Muhammad Imam Turmudzi 15 KAJIAN PSIKOANALISIS CERPEN “AKU KESEPIAN SAYANG. DATANGLAH, MENJELANG KEMATIAN” KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA * A Study of Psychoanalysis on the Short Story“Aku Kesepian Sayang. Datanglah, Menjelang Kematian” by Seno Gumira Ajidarma Oleh/By Muhammad Imam Turmudzi Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro Jalan Imam Barjo Nomor 5, Pleburan, Semarang Selatan, Kota Semarang, 50241 Telepon 082227588989/ 085640240011 Pos-el * Diterima 5 Februari 2018, Disetujui 8 April 2018 ABSTRAK Penelitian ini untuk mendeskripsikan struktur kepribadian, dinamika kepribadian, dan mekanisme pertahanan diri tokoh utama Aku pada cerpen “Aku Kesepian Sayang. Datanglah, Menjelang Kematian”. Penelitian deskriptif kualitatif ini menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Data diperoleh dengan teknik baca dan catat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur kepribadian tokoh utama Aku terdiri atas id, ego, dan superego. Id memengaruhi tokoh utama Aku untuk mengejar kepuasannya, ego meredakan kecemasan-kecemasan dalam dirinya, dan superego mengendalikan sikap-sikapnya. Dinamika kepribadian tokoh utama Aku terdiri atas komponen naluri instinct, insting hidup eros, dan kecemasan neurotik. Tokoh Aku mengurangi naluri ketegangannya dengan cara membendung dan mengalihkan pada hal-hal tertentu. Insting hidup tokoh Aku didominasi oleh usahanya untuk memelihara ego dan menyesuaikannya dengan biologis bawaan. Sementara itu, kecemasan neurotik tokoh utama Aku berupa keberhasilan superego membendung keinginan id. Terakhir adalah mekanisme pertahanan tokoh utama Aku berupa represi repression, rasionalisasi rationalization, agresi dan apatis, serta fantasi dan stereotip. Mekanisme pertahanan diri tersebut dilakukan dengan melamunkan masa lalu bersama kekasihnya demi menebus segala kesalahan terhadap dirinya sendiri. Kata kunci psikoanalisis, struktur kepribadian, dinamika kepribadian, mekanisme pertahanan diri ABSTRACT This research was to describe the structure of personality, personality dynamics, and self defense mechanisms of the main character I in the short story “Aku Kesepian Sayang. Datanglah, Menjelang Kematian” by Seno Gumira Ajidarma. The research was conducted using psychological approach of Sigmund Freud psychoanalysis theory. The data was obtained by reading and noting techniques. This study was a qualitative descriptive research. Results of the study were the personality structure of the main character consists of Id, Ego, and Superego. Id affected the main character I when fulfil his satisfaction, the ego alleviated the main character's anxieties, and the superego controlled the attitudes of I. In the personality dynamics, character I consisted of instinctive components instinct, instinct of living eros and neurotic anxiety. The instinct of the character I lowered the tension by 16 ALAYASASTRA, Volume 14, No. 1, Mei 2018 controlling and diverting it into other positive issues. The living instinct was dominated by the system of efforts on conserving ego by making innate biological adjustments. Neurotic anxiety was in the form of superego success in controlling the want of id. Finally, the personality development of the main character I was in the form of defensive mechanism repression, rationalization, aggression and apathetic, as well as fantasy and stereotype. The defensive mechanism was executed by the main character I to compensate his mistakes by subconsciously imagining his past with his girlfriend. Keywords psychoanalysis, personality structure, personality dynamics, self defense mechanism PENDAHULUAN Karya sastra adalah wujud dari apa yang telah dirasakan, direnungkan, dan dialami seseorang terhadap segala sesuatu yang secara langsung maupun tidak menarik perhatiannya. Dengan kata lain, karya sastra merupakan sebuah ungkapan imajinasi yang diwujudkan dalam bentuk bahasa Hardjana, 198510. Sastra menampilkan sebuah gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri merupakan suatu kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat, yakni antara masyarakat dan individu, antarindividu, dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Bagaimanapun juga, peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang, yang sering menjadi bahan sastra, adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau dengan masyarakat Damono, 20031. Lebih lanjut Supaat Lathief 20084 menjelaskan bahwa ”karakteristik kepribadian manusia dapat menjelma menjadi suatu bahasa, suatu seni, dan suatu sastra”. Artinya, antara manusia dan karya sastra merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Pengarang melalui perilaku batin dan kejiwaannya mencoba menuangkan apa yang dirasa, dialami, dilihat, dan diperhatikan dalam kehidupan nyata ke dalam karya sastra melalui simbol, ikon, dan lambang. Pengarang harus mampu merepresentasikan kepribadian tokoh dalam kehidupan nyata menjadi watak kepribadian tokoh dalam karya sastra. Psikologi kepribadian adalah psikologi yang mempelajari kepribadian manusia sebagai objek penelitian yakni faktor-faktor yang memengaruhi tingkah laku manusia. Psikologi kepribadian mempelajari kaitan antara ingatan atau pengamatan dan perkembangan, kaitan antara pengamatan dan penyesuaian diri pada individu, dan seterusnya Koswara dalam Minderop, 20108. Salah satu cabang ilmu dari bidang psikologi adalah psikoanalisis yang dikembangkan oleh Sigmund Freud. sekitar tahun 1900-an. Teori psikoanalisis berhubungan dengan fungsi dan perkembangan mental manusia dan memusatkan perhatiannya pada satu konsep, yakni ketidaksadaran Susanto, 201255—57. Menurut Freud dalam Minderop, 201321 struktur kepribadian manusia memiliki tiga unsur penting, yaitu id aspek biologis, ego aspek psikologis, dan superego aspek sosiologis. Id Kajian Psikoanalisis Cerpen ... Muhammad Imam Turmudzi 17 terletak di bagian tidak sadar merupakan reservoir pulsi dan menjadi sumber energi psikis. Ego terletak di antara alam sadar dan tidak sadar berfungsi sebagai penengah yang mendamaikan tuntutan pulsi dan larangan superego. Sementara itu, superego menjadi bagian dari hati nurani yang berdasar pada aspek moralitas dan berperan mempertimbangkan baik dan buruk suatu tindakan. Id das Es merupakan watak dasar setiap manusia yang hadir sejak ia lahir dan berisi sifat-sifat keturunan, naluri seksual, dan agresivitas. Id cenderung menghendaki penyaluran atau pelampiasan untuk setiap keinginan, yang jikalau tertahan atau tersumbat, akan mengalami ketegangan. Oleh sebab itu, prinsip id adalah kesenangan yang disalurkan dengan cara implusif, irasional, dan narsistik tanpa mempertimbangkan akibat atau konsekuensi. Watak ini juga tidak mengenal rasa takut dan cemas sehingga tindakan hati-hati tidak diperlukan dalam upaya penyaluran hasrat keinginan Siswantoro, 200538—39. Ego das Ich adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul karena kebutuhan pribadi untuk berhubungan dengan dunia nyata Freud 2006599. Secara singkat menurut Bertens 200633, tugas ego adalah untuk mempertahankan kepribadian dan menjamin penyesuaiannya dengan lingkungan sekitar, serta memecahkan konflik dengan realitas atau antara keinginan-keinginan yang tidak cocok satu sama lain. Dengan kata lain, ego merupakan eksekutif kepribadian. Ia berusaha memenuhi kebutuhan id, moral, dan kesempurnaan superego. Superego das über Ich adalah aspek sosiologis kepribadian yang mewakili nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat. Superego lebih merupakan kesempurnaan daripada kesenangan. Oleh karena itu, superego dianggap sebagai aspek moral kepribadian. Fungsinya yang pokok ialah untuk menentukan apakah sesuatu itu benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak. Dengan demikian, pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat. Meskipun masyarakat tempat individu hidup merupakan masyarakat yang tidak baik, tetap saja superego membentuk suara hati untuk membedakan mana yang baik atau tidak baik. Superego pertama yang ditanamkan kepada individu berasal dari orang tua ketika ia masih kanak-kanak Suryabrata, 2005127. Dominasi salah satu dari sistem id, ego, dan superego akan memberi corak tertentu pada individu Ferdinand, 2008110. Freud mengemukakan suatu prinsip, yang disebut prinsip motivasional atau dinamik, untuk menjelaskan dorongan kekuatan di balik tindakan manusia. Bagi Freud, manusia termotivasi untuk mencari kenikmatan dan mereduksi tegangan serta kecemasannya. Motivasi itu ditimbulkan oleh energi fisik yang berasal dari insting manusia. Insting dapat didefinisikan sebagai perwujudan psikologis dari sumber rangsangan somatik dalam yang 18 ALAYASASTRA, Volume 14, No. 1, Mei 2018 dibawa sejak lahir Semiun, 200669. Freud meyakini bahwa perilaku manusia dilandasi oleh dua energi mendasar yaitu naluri kehidupan atau eros life instinct dan naluri kematian atau destructive instinct death instinct atau Thanatos. Naluri kehidupan life instincts atau eros dimanifestasikan dalam perilaku seksual yang menunjang kehidupan serta pertumbuhan. Naluri kematian death instincts atau Thanatos mendasari tindakan agresif dan destruktif. Hilgard dalam Minderop, 201327. Menurut Hilgard dalam Minderop, 201329, Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan untuk mengacu pada proses alam bawah sadar seseorang untuk mempertahankan dirinya terhadap kecemasan. Kecemasan ansietas merupakan kondisi yang diikuti oleh perasaan tidak nyaman, khawatir, takut, dan tidak bahagia yang dapat dirasakan individu dalam berbagai level Hilgard dalam Minderop, 201328. Mekanisme pertahanan diri tersebut memiliki beragam bentuk. Pertama, represi repression yang bertujuan untuk mendorong keluar impuls-impuls id yang tidak diterima dari alam sadar kembali ke alam bawah sadar Minderop, 201332—33. Kedua, sublimasi yang terjadi bila perasaan tidak nyaman digantikan dengan tindakan-tindakan yang bermanfaat secara sosial. Sublimasi sesungguhnya suatu bentuk pengalihan. Ketiga, proyeksi yaitu mekanisme yang tidak disadari individu untuk melindungi dirinya dari pengakuan terhadap kondisi tersebut. Keempat, pengalihan displacement yaitu pengalihan perasaan tidak senang terhadap suatu objek kepada objek lainnya yang lebih memungkinkan. Kelima, rasionalisasi rationalization yang bertujuan untuk mengurangi kekecewaan ketika gagal mencapai suatu tujuan dan memberikan motif yang dapat diterima atas perilaku Hilgard dalam Minderop, 201334—35. Keenam, reaksi formasi reaction formation yang mampu mencegah perilaku seorang individu untuk bersikap antisosial yang dapat menghasilkan ansietas. Ketujuh, regresi yakni perilaku seorang dewasa yang mirip anak kecil, mudah kehilangan kontrol sehingga tidak sungkan berkelahi primitivation Minderop, 201337—38. Kedelapan, agresi dan apatis. Agresi adalah perasaan marah yang berkaitan erat dengan ketegangan dan kegelisahan yang dapat menjurus pada penyerangan. Apatis adalah bentuk lain dari reaksi terhadap frustasi dengan cara menarik diri dan bersikap seakan-akan pasrah. Kesembilan, fantasi dan stereotip adalah konsekuensi lain dari frustasi. Stereotip memperlihatkan perilaku pengulangan terus-menerus meskipun perbuatan tersebut tidak bermanfaat dan tampak aneh Hilgard dalam Minderop, 201338—39. Cerpen yang dibahas dalam tulisan ini berjudul “Aku Kesepian Sayang. Datanglah, Menjelang Kematian”. Cerpen tersebut merupakan satu dari lima belas cerpen karya Seno Gumira Ajidarma yang Kajian Psikoanalisis Cerpen ... Muhammad Imam Turmudzi 19 dimuat dalam kumpulan cerpen dengan judul yang sama dan diterbitkan tahun 2004 oleh Gramedia Pustaka Utama. Seno Gumira Ajidarma lahir di Boston, Amerika Serikat, 19 Juni 1958. Beberapa buku karyanya adalah Atas Nama Malam, Wisanggeni-Sang Buronan, Sepotong Senja untuk Pacarku, Biola tak Berdawai, Kitab Omong Kosong, Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, dan Negeri Senja. Cerpen “Aku Kesepian Sayang. Datanglah, Menjelang Kematian” menceritakan tentang perempuan malam yang sedang bersolek di dalam kamarnya dengan hanya mengenakan celana dalam. Kemudian ia mengganti celana dalamnya dengan yang lebih indah. Celana dalam memang tidak terlihat dari luar, tetapi ia tidak ingin dipermalukan saat celana dalam itu terlihat. Ia berusaha tersenyum di depan cermin, tetapi hal itu tidak mampu menutupi kegelisahan hatinya. Dari dalam kamarnya, perempuan itu merenungi peristiwa-peristiwa dalam kehidupannya. Ia jatuh cinta kepada laki-laki yang sudah beristri. Lelaki itu selalu bimbang memilih pulang ke rumah bertemu anak dan istri atau menemuinya. Setiap kali mereka bertemu, lelaki itu ingin cepat-cepat pulang sehingga akhirnya memutuskan menyendiri pergi ke suatu tempat yang baru. Perempuan itu menyesali kisah hidupnya yang selalu bertemu dengan lelaki yang sudah beristri dan memutuskan untuk meninggalkannya. Namun, saat lelaki itu jatuh ke pelukan perempuan lain, ia malah menyesal telah melepaskannya dan menyalahkan lelaki itu mengapa tidak kunjung mengawininya. Perempuan itu menyadari bahwa permasalahan yang membelitnya itu tidak akan pernah mencapai penyelesaian Berdasarkan sinopsis tersebut, dapat dilihat bahwa tokoh Aku dalam cerpen ini memiliki karakter sangat kuat akibat kondisi psikologis tertentu. Kondisi tersebut disebabkan oleh faktor-faktor yang memengaruhi tingkah lakunya. Tokoh Aku adalah seorang pelacur. Selain melayani tamu, ia juga menjadi selingkuhan seorang pria beristri yang gemar mencari kesenangan sesaat. Tokoh Aku oleh pengarang digambarkan mempunyai konflik kejiawaan yang sangat kompleks sehingga sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut menggunakan pendekatan psikoanalisis Sigmund Freud, khususnya struktur kepribadian tokoh, dinamika kepribadian, dan mekanisme pertahanan diri. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. Penelitian berjudul “Kepribadian Tokoh Utama Michael Berg dalam Roman Der Vorleser karya Bernhard Schlink Analisis Psikologi Sastra” yang dilakukan oleh Matilda Angelina Inna dari Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2015. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa struktur kepribadian Michael terdiri atas sistem id, ego dan superego. Id memengaruhi tokoh utama untuk mengejar kepuasan dan kesenangannya terhadap Hanna. Ego meredakan kecemasan-kecemasan dalam diri tokoh utama. Superego 20 ALAYASASTRA, Volume 14, No. 1, Mei 2018 mengendalikan sikap-sikap Michael. Dinamika kepribadian tokoh utama terdiri dari naluri hidup, naluri mati, kecemasan neurosis, kecemasan moral dan kecemasan realistik. Perkembangan kepribadian berupa mekanisme pertahanan diri seperti displacement pemindahan, pembentukan reaksi, represi, regresi dan rasionalisasi. Persamaan penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian tersebut yakni. sama-sama menggunakan teori psikoanalisis Freud. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek penelitian, yakni cerpen “Aku kesepian sayang. Datanglah, menjelang kematian” karya Seno Gumira Ajidarma. Sepengetahuan penulis, belum ditemukan penelitian yang membahas cerpen tersebut menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif secara keseluruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi Ratna, 201546. Oleh sebab itu, data-data yang berada dalam penelitian ini merupakan sebuah tafsiran dari peneliti dan tidak ada perhitungan. Data primer dalam penelitian ini berupa ungkapan maupun peristiwa yang menggambarkan kejiwaan tokoh Aku yang tergolong dalam struktur kepribadian, dinamika kepribadian serta mekanisme pertahanan diri dengan melakukan pembacaan berulang-ulang terhadap objek penelitian. Penulis juga menggunakan data sekunder berupa sumber referensi tertulis seperti buku, jurnal, artikel, baik dalam jaringan maupun luar jaringan. HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Kepribadian Sigmund Freud Berdasarkan unsur-unsur atau aspek-aspek yang telah dijelaskan sebelumnya, Freud membagi struktur kepribadian menjadi tiga, yaitu id, ego dan superego. Untuk memudahkan pemahaman kondisi kejiwaan tokoh utama Aku, penulis akan mengawalinya dari struktur kepribadian berupa Id das Es terlebih dahulu. Id das Es. Id merupakan watak dasar pada setiap manusia yang hadir sejak ia lahir. Id berisi sifat-sifat keturunan, naluri seksual, dan agresivitas. Tokoh Aku dalam cerpen ini digambarkan sebagai kekasih gelap selingkuhan seorang pria yang sudah berkeluarga. Pria yang seharusnya mempunyai tanggung jawab moral terhadap anak dan istrinya, baik menafkahi ataupun membahagiakan keluarganya. “…Kamu kejam, kamu tidak mempunyai perasaan. Tahu dirimu tidak bisa kawin denganku, kau bikin aku jatuh cinta padamu tanpa kebebasan…” Ajidarma, 20045. Penggalan kutipan di atas, khususnya pada kalimat “Tahu dirimu tidak bisa kawin denganku” secara tidak langsung menunjukkan bahwa tokoh Aku sebenarnya ingin dinikahi kekasihnya sebagai wujud dari pelampiasan keinginan biologis yang muncul dari Kajian Psikoanalisis Cerpen ... Muhammad Imam Turmudzi 21 dalam dirinya. Id mencari penyaluran atas apa yang ia rasakan, yakni perasaan ingin memiliki kekasihnya. Hal itu berdampak pada pencarian status perkawinan untuk kesenangan atau kepuasan biologis tokoh Aku.. Namun, id tokoh Aku tersebut terhalang oleh status kekasihnya yang sudah berkeluarga. Dampak dari keinginan id yang tidak tersalurkan itu mengakibatkan ketegangan dalam diri tokoh Aku. Ia selalu merasa gelisah kemudian sering tersenyum sendiri seperti orang depresi. Berikut kutipannya. “…Tersenyum sendiri. Ia tidak tersenyum sebenarnya, ia hanya memperagakan sebuah senyum. Senyuman itu hanya suatu peragaan, tidak mewakili perasaan. Karena perasaannya sendiri gelisah…” Ajidarma, 20041. Tokoh Aku menutupi kegelisahannya dengan sering tersenyum sendiri. Tindakan tersebut dapat dipandang irasional atau tidak selaras dan berlawanan dengan logika sebagai dampak dari keinginan biologis id yang tidak dapat terpenuhi. Ego Penyaluran Ego das Ich adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul karena kebutuhannya untuk berhubungan dengan dunia nyata. Ego berperan untuk mengekang tuntutan id. Ego tokoh Aku berusaha mengambil keputusan yang bersifat rasional dengan cara mempertahankan apa yang menjadi keinginan biologisnya. Namun, ia tidak mau hancur karena putusan yang ia ambil sendiri. Tokoh Aku juga menyadari bahwa keinginan idnya nya sangat bertentangan dengan egonya. Ia tidak ingin sesuatu hal yang tidak menyenangkan terjadi apabila ia tetap memaksakan kehendak id. Berikut kutipannya. “…Aku tidak mau terombang-ambing begini, aku ingin jatuh cinta kepada seseorang tanpa ikatan.” “Jika hal itu kau lakukan, engkau menjerumuskan aku ke dalam kehancuran”. “Itu sangat tidak kuinginkan, apa yang harus aku lakukan?...” Ajidarma, 20045. Ego berperan untuk melawan keinginan id. Ia menyadarkan tokoh Aku bahwa keadaan semacam itu sungguh membuatnya hancur. Oleh karena itu, tokoh Aku berusaha menghindar dari kehancuran. Ego tokoh Aku juga mendorongnya untuk pasrah menerima keadaan agar tidak semakin terjerumus dalam kehancuran yang terus-menerus menghantui dirinya. Keinginan untuk dikawini kekasihnya telah banyak memunculkan kesengsaraan pada diri tokoh Aku. Keadaan itu sebenarnya tidak pernah dikehendaki karena bertentangan dengan norma yang dianutnya sehingga menyebabkannya terombang-ambing. Ego bertindak agar tokoh Aku memahami dan menerima realita serta menahan impuls apabila muncul keinginan untuk melawan hal tersebut. Dengan demikian, id tokoh Aku tidak terlalu memaksakan keinginannya karena ditentang oleh egonya. 22 ALAYASASTRA, Volume 14, No. 1, Mei 2018 Superego Peyeimbang/Kontrol/Normatif Superego berperan sebagai penyeimbang kelemahan ego tokoh Aku. Ia mampu mengurungkan niatnya untuk menuntut status perkawinan karena sadar ada sanksi sosial yang nantinya ia diterima. Oleh karena itu, superego yang bertindak sebagai dimensi norma berhasil memengaruhi pikirannya untuk memutuskan menyudahi perbuatan tersebut. Berikut kutipannya. “…Kenapa aku selalu bertemu lelaki yang sudah beristri? Bukan mauku menjadi pengganggu rumah tangga orang. Pergilah. Pulanglah. Jangan kembali lagi padaku meski aku akan selalu merindukanmu.” “aku tidak akan pernah melepaskan kamu, jika tahu dikau akan jatuh ke pelukan seseorang...” Ajidarma, 20046. Kutipan tersebut menggambarkan aspek superego tokoh Aku yang berusaha menjadi perempuan “wajar” sesuai dengan harapan norma-norma yang ia anut, bukan menjadi perempuan pengganggu. Oleh karena itu, tokoh Aku rela melepaskan apa yang selama ini menjadi keinginan hatinya meskipun membuatnya tersakiti. Tokoh Aku menyerah dan pasrah terhadap keadaan yang menimpa dirinya. Ia melepaskan keinginannya dan merelakan kekasihnya bersama orang lain. Tokoh Aku memilih patuh terhadap norma yang dianutnya, yakni tidak menjadi pengganggu rumah tangga orang lain. Hal itu sebenarnya merupakan superego yaitu dorongan yang berdasarkan nilai moral masyarakat. Penilaian masyarakat terhadap perempuan pengganggu rumah tangga perempuan lain dari sisi agama jelas jelek dan dianggap perbuatan berdosa. Oleh karena itu, superego berperan agar tokoh Aku tidak mendapat sanksi moral di tengah-tengah masyarakat karena mewujudkan kehendaknya. Kontrol id, ego dan superego yang saling mendominasi tokoh Aku tersebut pada akhirnya berdampak langsung terhadap kejiwaan tokoh Aku yang tidak stabil dan selalu berubah-ubah. Hal tersebut berawal dari perkenalannya dengan kekasih gelapnya yang sudah berkeluarga. Keinginan id tokoh Aku begitu kuat, tetapi mendapat perlawanan dari dirinya sendiri sehingga ia memutuskan untuk mengakhiri semuanya karena bertentangan dengan nilai moral yang ada di masyarakat. Ketidakseimbangan struktur kepribadian berupa id, ego, dan superego yang dialami tokoh Aku tersebut menyebabkan konflik kejiwaan yang pelik dalam dirinya. Dinamika Kepribadian Sigmund Freud Naluri Instinct Naluri atau insting merupakan representasi psikologis bawaan tokoh Aku dan eksitasi akibat kebutuhan tubuhnya. Naluri untuk mengurangi ketegangan pikiran yang dialami tokoh Aku akibat tidak tercapainya Kajian Psikoanalisis Cerpen ... Muhammad Imam Turmudzi 23 keinginan untuk menikah membuatnya ingin pergi menikmati musik blues dan melepas beban yang ada di otaknya, Berikut kutipannya. “…Aku keluar kamar, aku juga ingin pergi ke suatu tempat, supaya bisa duduk mendengarkan blues di sebuah tempat yang bersih dan terang. Tapi kutahu tempat seperti itu tidak ada. Semua di kota ini lampunya remang-remang…” Ajidarma, 20046. Keinginan tokoh Aku untuk sejenak melepas beban pikirannya menjadi bukti bahwa alam bawah sadarnya berusaha mengurangi ketegangan dirinya. Meskipun ia menyadari bahwa cara itu tidak akan berhasil karena tempat yang ia inginkan memang tidak pernah ada sebagaimana harapannya juga tidak pernah tercapai. Macam-Macam Naluri Naluri pada tokoh Aku berupa pulsi nonseksual atau alimentasi, yakni berhubungan dengan makan dan minum untuk mempertahankan hidup. Berikut kutipannya. “…Tidak ada sesuatu yang boleh dilihat sebagai kenyataan, semua orang membutuhkan mimpi, sama seperti membutuhkan nasi…” Ajidarma, 20046. Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh Aku menganalogikan naluri kehidupannya seperti nasi sebagai kebutuhan pokoknya. Nasi dihubungkan dengan mimpi yang tidak nyata. Hal itu seolah mempertegas bahwa ia hidup pun percuma apabila keadaan tidak berubah. Oleh sebab itu, ia lebih baik kembali pada sesuatu yang tidak nyata daripada harus merasakan kenyataan yang pahit. Kecemasan Ansietas Kecemasan neurotik berasal dari alam bawah sadar individu. Kecemasan yang dialami tokoh utama Aku dalam cerpen tersebut karena keinginannya untuk segera dikawini kekasihnya, tetapi hal tersebut bertentangan dengan moral yang ia anut. Oleh sebab itu, ia berusaha menekan tuntutan dari jiwanya tersebut sehingga menimbulkan rasa cemas pada dirinya. Berikut kutipannya. “…Senyuman itu hanya suatu peragaan . tidak mewakili perasaan. Karena perasaannya sendiri gelisah…” Ajidarma, 20041. Kutipan di atas menunjukkan bahwa tokoh Aku selalu diliputi rasa gelisah. Ia berusaha menekan keinginannya karena bertentangan dengan moral yang ia anut. Ia tidak ingin memperoleh suami dari hasil merebut dan merusak rumah tangga orang lain. Ia menyadari bahwa akan ada wanita lain yang terluka jika ia mewujudkan keinginannya tersebut. Mekanisme Pertahanan Diri Represi Repression Represi merupakan salah satu mekanisme pertahanan ego. Represi yang dilakukan oleh tokoh Aku saat ia memilih untuk menyendiri demi menenangkan hati dan perasaannya. Ia 24 ALAYASASTRA, Volume 14, No. 1, Mei 2018 menahan keinginannya untuk keluar kamar menikmati hiruk-pikuknya dunia malam. Berikut kutipannya. “…“barangkali lebih baik aku menyendiri,” pikirnya. Maka, malam menjadi suatu awal dari sebuah perjalanan yang juga tidak jelas kapan akan berakhir…” Ajidarma, 20042. Kutipan tersebut menggambarkan situasi saat tokoh Aku harus memilih berdiam diri untuk menenteramkan hatinya atau keluar kamar menikmati malam. Dunia malam memang menjanjikan kesenangan bagi mereka yang bisa menikmatinya, tetapi tidak untuk tokoh Aku. Dunia malam jugalah yang mempertemukan tokoh Aku dengan kekasihnya yang berakhir tidak bahagia. Oleh karena itu, malam diibaratkan perjalanan hidupnya yang tidak pernah berakhir bahagia. Rasionalisasi Rationalization Rasionalisasi tokoh Aku dilakukan dengan cara minum tequila dan merokok sekadar mencari ketenangan dan sejenak lari dari kenyataan yang ada. Ia menyadari bahwa hidup memang tidak harus sama seperti keinginannya. Berikut kutipannya. “…Segelas tequila di hadapannya, dan ia merokok dengan tenang Ajidarma, 20042. Kutipan di atas menunjukkan bahwa tokoh Aku menyadari keinginannya untuk memiliki sang kekasih seutuhnya tidak akan pernah terjadi, ia pun berusaha mencari hiburan guna mengurangi kekecewaan yang ada. Agresi dan Apatis Apatis adalah bentuk lain dari reaksi terhadap frustasi. Tokoh Aku bersikap apatis dengan cara menarik diri dan bersikap pasrah dengan apa yang dialaminya. Tokoh Aku mengambil sikap apatis tentu bukan tanpa alasan. Ia sadar bahwa apa yang dia inginkan dan ia usahakan tidak akan pernah tercapai. Oleh karena itu, ia akhirnya bersikap pasrah dan menarik diri. Meskipun sebenarnya itu sangat tidak mudah dan terasa menyakitkan baginya. Berikut kutipannya. “…Kenapa aku selalu bertemu lelaki yang sudah beristri? Bukan mauku menjadi penggangu rumah tangga orang. Pergilah. Pulanglah. Jangan kembali lagi padaku meski aku akan selalu merindukanmu…” Ajidarma, 20043. Kutipan di atas menunjukkan tokoh Aku menarik diri dari keadaan yang membuatnya selalu tertekan. Ia tidak mau mengganggu rumah tangga orang lain meskipun sangat mencintai kekasihnya saat itu. Meskipun tidak gampang, pilihan itu harus tetap diambil. Fantasi dan Stereotip Ketika tokoh Aku menghadapi banyak masalah, seringkali ia mencari solusi dengan masuk ke dunia khayal. Ia memilih melarikan diri ke dunia fantasi tersebut daripada menghadapi realitas di hadapannya. Dalam ketidaksadarannya, ia selalu Kajian Psikoanalisis Cerpen ... Muhammad Imam Turmudzi 25 melamunkan semua kebiasaannya yang dilakukan semasa ia bersama kekasihnya. Ia selalu memperlihatkan lekuk tubuh serta kecantikan dirinya seraya membandingkan dengan istri sah kekasihnya. Ia merasa tidak kalah cantik dari istri kekasihnya. Namun, kekasihnya tidak segera memutuskan untuk menikahinya. Seperti pada kutipan berikut “…Malam adalah suatu akhir, namun bagi perempuan itu, malam adalah awal dari sebuah perjalanan yangn panjang. Ia hanya mengenakan celana dalam ketika mengoleskan lipstick ke bibirnya. Lipstick berwarna merah darah. Ia mendekatkan cermin ke wajahnya. Memonyongkan bibirnya. Mengulumnya sendiri. Tersenyum sendiri…”Ajidarma, 20041. Tokoh Aku selalu berfantasi sebagai dampak dari rasa frustrasi yang ia alami semenjak memutuskan menarik dari dan bersikap pasrah pada kejadian yang menimpa dirinya. Namun, alam bawah sadarnya masih belum bisa menerima keadaan tersebut. Apa yang dilamunkan oleh tokoh Aku adalah perilaku yang biasa ia lakukan bersama kekasihnya selama ini. Sebelumya ia merasa senang melakukannya, tetapi sekarang ia menyadari bahwa lamunannya tersebut tidak akan pernah terwujud. SIMPULAN Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konflik kepribadian tokoh Aku muncul karena orientasi seksualnya yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Ketidakseimbangan struktur kepribadian tokoh Aku terjadi karena id, ego, dan superego saling mendominasi. Superego yang mempertimbangkan baik dan buruk suatu tindakan, masih dapat bekerja dengan baik pada diri tokoh Aku. Ia menghentikan perilaku tokoh Aku yang tidak sesuai dengan nilai moral yang ada di masyarakat. Superego tokoh Aku berhasil menjaga keseimbangan peran id yang selalu menginginkan kepuasan biologis dalam ikatan perkawinan dengan kekasihnya yang sudah berkeluarga. Ego terus melawan keinginan id untuk menghindarkan tokoh Aku dari kehancuran. Superego tokoh Aku masih mampu menahan desakan id yang begitu ingin menuntut kejelasan status perkawinan. Ego tokoh Aku berhasil menjadi kontrol ketika ia bersikukuh mempertahankan keinginan id. Peran superego begitu kuat karena selalu mengingatkan tokoh Aku pada sanksi moral yang akan diterimanya sebagai perempuan perebut suami orang apabila keinginan id tidak bisa dikekang. Ketegangan antara id, ego, dan superego mengakibatkan tokoh Aku mengalami gejolak kejiwaan karena desakan id selalu berhasil dibendung oleh ego dan superego. Komponen dinamika kepribadian yang ada dalam tokoh Aku adalah naluri instinct. Komponen tersebut mengurangi ketegangan yang dialami tokoh Aku akibat desakan id yang berhasil dicegah superego. Tokoh Aku mengurangi naluri ketegangannya 26 ALAYASASTRA, Volume 14, No. 1, Mei 2018 dengan cara membendung dan mengalihkan pada hal yang ia sukai, seperti mendengarkan musik jazz dan minum tequila di sebuah kafe. Tokoh Aku berusaha memelihara ego dan menyesuaikannya dengan biologis bawaan. Ia menjaga keseimbangan atara mimpi yang harus diwujudkan dan kebutuhan utamanya untuk bertahan hidup. Terakhir adalah naluri kecemasan, keberhasilan superego membendung keinginan id ternyata tidak seratus persen menghilangkan keinginan id tersebut. Keberhasilan tersebut tetap “menyisakan” sesuatu dalam diri tokoh Aku, yakni lamunan dan khayalan saat ia berada di dalam kamar. Tokoh Aku selalu gelisah karena tidak dapat mewujudkan apa yang menjadi keinginannya selama ini yaitu dikawini kekasihnya. Akhirnya, ia pun sering berfantasi dan berbicara sendiri di depan cermin Terakhir adalah mekanisme pertahanan tokoh utama Aku berupa represi repression, rasionalisasi rationalization, agresi dan apatis, serta fantasi dan stereotip. Tokoh Aku yang selalu merasa gelisah dan sering berbicara dengan cermin pada akhirnya memilih keluar menyambangi hiruk-pikuk dunia yang selama ini jarang ia rasakan. Semua itu dilakukan tokoh Aku agar terhindar dari perasaan sedih dan hancur akibat perlawanan ego dan superego terhadap id. Keberhasilan ego menekan id telah mendorong impuls-impuls yang mengancam tokoh Aku keluar dari alam sadar. Tokoh Aku juga melakukan rasionalisasi dengan cara meminum tequila dan merokok sambil menikmati suasana yang sunyi. Tokoh Aku juga bersikap apatis dengan menarik diri dan memilih berdiam diri di kamarnya dan melakukan kebiasaan yang tidak bermanfaat secara berulang-ulang. Tokoh Aku melakukan fantasi dengan cara mengkhayalkan kebiasaan yang ia lakukan saat masih bersama kekasihnya. DAFTAR PUSTAKA Ajidarma, Seno Gumira. 2004. Aku Kesepiang, Sayang. Datanglah, Menjelang Kematian. Jakarta Gramedia Pustaka Utama. Bertens, K. 2006. Psikoanalisis Sigmund Freud. Jakarta Gramedia Pustaka Utama. Damono, Sapardi Djoko. 2003. Sosiologi Sastra. Semarang Magister Ilmu Susastra, Program Pascasarjana, Undip. Budaya. Ferdinand, Zaviera. 2008. Teori Kepribadian Sigmund Freud. Yogyakarta Prisma Sophie. Frued, Sigmund. 2006. Pengantar Umum Psikoanalisis. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Hardjana, A. 1985. Kritik Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta PT Gramedia. diunduh pada tanggal 20 Januari 2018, Pukul WIB. Inna, Matilda Angelina. 2015. “Kepribadian Tokoh Utama Michael Berg dalam Roman Der Vorleser karya Bernhard Schlink”. Universitas Negeri Yogyakarta Skripsi. Kajian Psikoanalisis Cerpen ... Muhammad Imam Turmudzi 27 Lathief, Supaat. 2008. Psikologi Fenomenologi Eksistensialisme. Lamongan Pustaka Pujangga. Minderop, Albertine. 2010. Psikologi Sastra. Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia. ____________. 2013. Psikologi Sastra Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus. Jakarta Yayasan Obor Indonesia. Ratna, Nyoman Kutha. 2015. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Cetakan XIII. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Semiun, Yustinus. 2006. Teori Kepribadian & Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta Kanisius. Siswantoro. 2005. Metode Penelitian Sastra Analisis Psikologi. Surakarta Muhammadiyah Universitas Press. Supratiknya, A. 1995. Mengenai Perilaku Abnormal. Yogyakarta Kanisius. Suryabrata, Sumadi. 2005. Psikologi Kepribadian. Jakarta PT. Raja Grafindo Persada. Susanto, Dwi. 2012. Pengantar Teori Sastra. Yogyakarta CAPS. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Kesepiang, Sayang. Datanglah, Menjelang KematianDaftar Pustaka AjidarmaSeno GumiraDAFTAR PUSTAKA Ajidarma, Seno Gumira. 2004. Aku Kesepiang, Sayang. Datanglah, Menjelang Kematian. Jakarta Gramedia Pustaka Sigmund FreudK BertensBertens, K. 2006. Psikoanalisis Sigmund Freud. JakartaPengantar Umum Psikoanalisis. Yogyakarta Pustaka PelajarSigmund FruedFrued, Sigmund. 2006. Pengantar Umum Psikoanalisis. Yogyakarta Pustaka Sastra Sebuah PengantarA HardjanaHardjana, A. 1985. Kritik Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta PT Tokoh Utama Michael Berg dalam Roman Der Vorleser karya Bernhard SchlinkMatilda InnaAngelinaInna, Matilda Angelina. 2015. "Kepribadian Tokoh Utama Michael Berg dalam Roman Der Vorleser karya Bernhard Schlink". Universitas Negeri Yogyakarta Fenomenologi EksistensialismeSupaat LathiefLathief, Supaat. 2008. Psikologi Fenomenologi Eksistensialisme. Lamongan Pustaka Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Cetakan XIII. Yogyakarta Pustaka PelajarNyoman RatnaKuthaRatna, Nyoman Kutha. 2015. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Cetakan XIII. Yogyakarta Pustaka Kepribadian & Terapi Psikoanalitik FreudYustinus SemiunSemiun, Yustinus. 2006. Teori Kepribadian & Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta Perilaku AbnormalA SupratiknyaSupratiknya, A. 1995. Mengenai Perilaku Abnormal. Yogyakarta Kepribadian. Jakarta PT. Raja Grafindo PersadaSumadi SuryabrataSuryabrata, Sumadi. 2005. Psikologi Kepribadian. Jakarta PT. Raja Grafindo Persada. Diluar karya-karya yang disebutkan di atas, masih banyak, bahkan sudah sulit dihitung, karya-karya yang menyajikan kejadian-kejadian sejenis itu. Dengan demikian, penulis tak akan mengurutnya di sini. Contoh-contoh di atas diharapkan cukup jelas dalam memberi gambaran meruaknya karya-karya yang mengetengahkan perilaku manusia yang demikian. Cerpen Seno Gumira Ajidarma. Pengertian cerpen cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Agaknya nenek itu sengaja membawa gadis manis cucunya itu kesini untuk. Cerpen Seno Gumira Ajidarma Gambaran from Saksi mata ditulis sga berdasarkan keterangan para korban dan saksi mata atas insiden dili, 12 november 1991 yang terjadi di timor timur. Teluk wengkay korrie layun rampan 3. Ibu guru tati menawarkan tiga judul yang ditulisnya di papan putih. 2007, Cerpen, Cerpen Pilihan Kompas, Cinta, Senja, Senja Di Kaca Spion, Seno Gumira Ajidarma Matahari Tidak Pernah Terbenam Di Negeri SenjaSeno Gumira Ajidarma, Baca Artikel Ini Dan Artikel Lainnya Dengan Daftar Akun Itu Berjudul “Dunia Gorda”.Ketika Membaca Kumpulan Cerpen Seno Gumira Ajidarma Sga Dalam Buku Kumpulan Cerpen 2007, Cerpen, Cerpen Pilihan Kompas, Cinta, Senja, Senja Di Kaca Spion, Seno Gumira Ajidarma Matahari Tidak Pernah Terbenam Di Negeri Senja Cintaku jauh di komodo seno gumira ajidarma berikut ini naskah cerpen cintaku jauh di komodo karya seno gumira ajidarma yang saya salin sesuai dengan naskah aslinya yang dimuat di harian kompas bulan agustus tahun 2003. Pengertian cerpen cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. lahir 19 juni 1958 adalah penulis dan ilmuwan sastra indonesia. Seno Gumira Ajidarma, Dilarang menyanyi di kamar mandi. Saksi mata merupakan salah satu cerpen dalam kumpulan cerpen saksi mata yang dikarang oleh seno gumira ajidarma. Dodolitdodolitdodolitbret karya seno gumira ajidarma, cerpen terbaik pilihan kompas 2010 […] tak ada yang baru di bawah matahari boneka ketujuh. Lanjutkan Baca Artikel Ini Dan Artikel Lainnya Dengan Daftar Akun Kompas kring +6221 2567 6000. Saksi mata ditulis sga berdasarkan keterangan para korban dan saksi mata atas insiden dili, 12 november 1991 yang terjadi di timor timur. Kalian punya waktu 60 menit”, ujar ibu guru tati. Cerpen Itu Berjudul “Dunia Gorda”. Beberapa buku karyanya adalah atas nama malam, wisanggeni—sang buronan, sepotong senja untuk pacarku, biola tak berdawai, kitab omong kosong, dilarang menyanyi di kamar mandi, dan negeri senja. Seno gumira ajidarma dilahirkan di boston pada tanggal 19 juni 1958 dan dibesarkan di yogyakarta. Seno gumira ajidarma seorang cerpenis, esais, wartawan, dan pekerja teater. Ketika Membaca Kumpulan Cerpen Seno Gumira Ajidarma Sga Dalam Buku Kumpulan Cerpen Telaah cerpen “clara” karya seno gumira ajidarma menggunakan pendekatan objektif a. Pada tahun 1977 seno mulai bekerja sebagai wartawan lepas pada surat kabar merdeka. Apakah kamu menerimanya dalam keadaan lengkap?
Halyang menarik dari cerpen ini salah satunya adalah permainan perasaan pengarangnya yang memberikan suasana haru. Membaca karya M. Shoim Anwar pembaca akan dibawa ke kejadian-kejadian yang mengejutkan. Dalam kisah ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa niat yang baik harus dilaksanakan dengan jalan yang baik pula, apabila
Cerpen Macan Karya Seno Gumira Ajidarma. Saksi mata merupakan salah satu cerpen dalam kumpulan cerpen saksi mata yang dikarang oleh seno gumira ajidarma. Dikritik kali ini adalah cerpen karya seno gumira adjidarma. Cerpen Seno Gumira Ajidarma Gambaran from Koleksi cerita pendek karya seno gumira ajidarma. Berikut contoh analisis ideologi dalam cerpen “kematian paman gober” karya seno gumira ajidarma. Meski ceritanya pendek, sebuah cerpen yang. Pengertian Cerpen Cerpen Adalah Karangan Pendek Yang Berbentuk Pelajaran Mengarang Merupakan Cerpen Terbaik Harian Kompas Cerpen Dipisahkan Sepenggal Kehidupan Tokoh, Yang Penuh Pertikaian, Peristiwa Yang Mengharukan Atau Menyenangkan, Dan Mengandung Kesan Yang Tidak Mudah Dilupakan.[1]Pada Kumpulan Cerpen Saksi Mata Karya Seno Gumira Ajidarma, Yang Kini Bergabung Menjadi Sebuah Karya Dengan Judul Trilogi Insiden, Yang Mencakup Saksi Mata, Jazz, Parfum, & Insiden, Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Pada Kali Ini Penulis Hanya Berfokus Pada Pembahasan Kumpulan Cerpen Saksi Kumpulan Cerpen Wengkay Korrie Layun Rampan 3. Pengertian Cerpen Cerpen Adalah Karangan Pendek Yang Berbentuk Prosa. Psikoanalisis sigmund freud pada antologi cerpen karya seno gumira ajidarma. jurnal bahas unimed, vol. Hal ini ,nenjadi tantangan bagi penulis cerpen, tak terkecuali yang sudah dimuat di kompas. Semua juri menyepakati macan menjadi cerpen terbaik. Cerpen Pelajaran Mengarang Merupakan Cerpen Terbaik Harian Kompas 1993. Kalian punya waktu 60 men. Peluk, dan bisikan terhangat, dari sebuah tempat yang paling sunyi di dunia. Sinopsis cerpen dalam cerpen pelajaran mengarang ini, karya seno gumira ajidarma menceritakan tentang seorang anak perempuan bernama sandra. Dalam Cerpen Dipisahkan Sepenggal Kehidupan Tokoh, Yang Penuh Pertikaian, Peristiwa Yang Mengharukan Atau Menyenangkan, Dan Mengandung Kesan Yang Tidak Mudah Dilupakan.[1] Meski ceritanya pendek, sebuah cerpen yang. Harian kompas memilih cerita pendek macan karya seno gumira ajidarma sebagai cerpen terbaik kompas 2020. Interpretasi cerpen terbaik kompas 2020 berjudul ”macan” karya seno gumira ajidarma menjadi sebuah pementasan wayang, adegan teatrikal, dan tarian, yang digarap dalang wayang urban nanang hape. Pada Kumpulan Cerpen Saksi Mata Karya Seno Gumira Ajidarma, Yang Kini Bergabung Menjadi Sebuah Karya Dengan Judul Trilogi Insiden, Yang Mencakup Saksi Mata, Jazz, Parfum, & Insiden, Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Pada Kali Ini Penulis Hanya Berfokus Pada Pembahasan Kumpulan Cerpen Saksi Kumpulan Cerpen Ini. Ini adalah kali keempat cerpen seno terpilih sebagai cerpen terbaik kompas. Seno gumira ajidarma seorang cerpenis, esais, wartawan, dan pekerja teater. Posts tagged seno gumira ajidarma. Teluk Wengkay Korrie Layun Rampan 3. Saksi mata merupakan salah satu cerpen dalam kumpulan cerpen saksi mata yang dikarang oleh seno gumira ajidarma. Perburuan liar telah mengurangi jumlah kijang yang biasa dimakan komodo, sehingga kekasihku dengan kelaparannya yang amat sangat telah menerkam dan menelan seorang anak gadis berusia 12 tahun. Apa yang menarik dan mengapa mereka dipilih sebagai yang terbaik?
1 Mengidentifikasi motif kekerasan yang terdapat dalam cerpen-cerpen karya Seno Gumira Ajidarma. 2. Menemukan fungsi dan makna dari kekerasan dalam cerpen-cerpen Seno Gumira Ajidarma. 1.4 Manfaat Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi orang lain. Adapun manfaat-manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah:
Jakarta - Seno Gumira Ajidarma adalah seorang penulis yang memiliki ciri khas tersendiri karena gaya penulisan yang digunakan Seno Gumira Ajidarma ini terbilang unik, siapapun yang membaca karya beliau entah itu novel ataupun cerpen pasti setuju dengan ini. Semua karya beliau selalu meninggalkan pesan yang mendalam kepada pembaca sehingga siapapun yang membaca tulisan beliau akan langsung mengenal bahwa karya tersebut ditulis olehnya. Karya yang dibuat oleh Seno Gumira Ajidarma tidak terlepas dari kritik terhadap kekuasaan, politik, dan bahkan kritik sosial masyarakat yang terjadi. Tema-tema yang diangkat oleh Seno Gumira Ajidarma juga membahas realitas sosial yang terjadi di masyarakat, seperti korupsi, perbedaan kelas sosial, dan bahkan ketamakan manusia. Seno Gumira Ajidarma berhasil untuk mengembangkan suatu permasalahan menjadi suatu bacaan yang kompleks dan berkualitas sehingga membuat pembaca secara tidak sadar untuk berpikir kritis dan menilainya. Setiap cerpen yang ia buat juga digambarkan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini yang menjadi keunggulan karya beliau, walaupun digambarkan dengan sederhana, namun seperti mengajak para pembaca untuk masuk dalam dunia ceritanya lewat rangkaian konflik yang disusun. Sebuah karya sastra lahir dari pengamatan penulis, dengan sederhananya karya sastra tersebut merupakan bentuk keterlibatan pengarang terhadap kehidupan masyarakatnya. Pendekatan sosiologi sastra beranggapan bahwa sastra tersebut mencerminkan dan mengekspresikan kehidupan, salah satunya adalah realitas sosial dan kritik yang terjadi pada cerpen “Menunggu Kematian Paman Gober” karya Seno Gumira bercerita melalui medium visual, menjadi alasan Lydia Isnanto menekuni dunia film. Sejak empat tahun lalu, Lydia pindah ke AS dan menetap di Austin, Texas. Ia telah memproduksi dua film pendek bertema Kesehatan mental yang telah meraih b...Ilustrasi membaca, buku. Photo Copyright by FreepikCerpen “Menunggu Kematian Paman Gober” berkisahkan mengenai suasana kehidupan di Kota Bebek yang dipimpin oleh Paman Gober. Paman Gober ini digambarkan sebagai sosok yang kaya raya dan berkuasa, tetapi sangat pelit dan kejam. Tetapi, herannya ia menjadi tokoh yang sangat dicintai. Kematian Paman Gober ini tampaknya telah ditunggu-tunggu oleh warga Kota Bebek. Paman Gober dinilai telah terlalu lama berkuasa, dan walaupun sudah sangat tua, ia tidak ada tanda-tanda untuk mengundurkan diri. Paman Gober digambarkan sebagai orang tidak mengenal belas kasihan. Ia selalu mengancam siapapun yang berani mengkritiknya, maka dari itu hampir tidak ada yang berani untuk mengkritik dirinya. Banyak cara yang telah dilakukan, namun entah mengapa ia terpilih lagi untuk menjadi seorang pemimpin seolah-olah seperti tidak ada calon yang lain lagi. Akhirnya, warga Kota Bebek menyerah dan yang dilakukannya setiap hari adalah menunggu kematian Paman Gober, karena mereka berpikir hanya kematianlah yang mampu menghentikan Paman Gober, setiap hari mereka menunggu dan berharap saat itu akan Cerpen Menunggu Kematian Paman Gober, Representasi Orde BaruIlustrasi membaca sinopsis, buku. Photo by Nathan Aguirre on UnsplashKarya sastra merupakan realitas dan keterlibatan pengarang terhadap kehidupan masyarakatnya. Seno Gumira Ajidarma menulis cerpen ini pada tahun 1994, yaitu pada zaman Orde Baru. Pada saat itu, Soeharto menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. Soeharto juga menjabat selama 32 tahun sebagai Presiden, dan itu bukan waktu yang sebentar. Persoalan utama yang dibahas dalam cerpen adalah mengenai kepemimpinan yang tidak berganti dengan alasan bahwa ia pun tidak menolak jika diberi kehormatan. Namun, hal tersebut menimbulkan pro dan kontra oleh masyarakat. Sebagian masyarakat banyak yang memandang sinis dan tidak suka, oleh karena itu Seno Gumira Ajidarma menulis cerpen ini, cerpen yang memusatkan pada pandangan masyarakat pada zaman Orde Baru. Realitas masyarakat pada saat itu tidak berani untuk memprotes atau mengutarakan pendapat karena adanya ancaman dan intimidasi dari pemerintah, bahwa siapa saja yang pada saat itu berani untuk mengkritik dan mempertanyakan kebijakan pemerintah, akan ada akibat yang ia dapat. Hal itu tertulis jelas pada percakapan dalam cerita pendek berikut ini. “Kamu bebek tidak tahu diri, sudah dibantu masih meleter pula.” “Apakah saya tidak punya hak bicara?” “Punya, tapi asal jangan meleter, nanti kamu kusembelih.” Soeharto Metafora Paman Gober, Benarkah?Soeharto, lahir 8 Juni 1921, sosok presiden yang mendapat julukan bapak pembangunan itu tak lepas dari kontroversi. Dimasa kejayaannya Soeharto begitu disegani di ASEAN IstimewaDalam cerpen ini, dijelaskan bahwa ancaman digunakan oleh pemerintah untuk membungkam masyarakat dalam mengkritisi kebijakan pada masa pemerintahan Orde Baru. Masyarakat juga memilih diam untuk menyelamatkan dirinya sendiri, sambil menunggu perubahan yang akan terjadi dalam lima tahun sekali. Tetapi hal itu tentunya tidak pernah terjadi, karena seperti yang ditulis oleh Seno Gumira Ajidarma dalam cerpennya “Menunggu Kematian Paman Gober”, pemilihan umum pemilu ini sudah direncanakan dan bersifat pura-pura tidak bersifat demokratis, oleh karena itu masyarakat yang sudah sangat jenuh dengan kondisi pemerintahan hanya menginginkan suatu berita yaitu kapan Paman Gober meninggal dunia. Hal ini selalu ditunggu oleh warga bebek, ketika membaca koran pada pagi hari. Kisah yang ditulis oleh Seno Gumira Ajidarma, walaupun setting yang digambarkan adalah dunia unggas, namun secara jelas menggambarkan tokoh Soeharto. Cerpen ini sebenarnya adalah sebuah kritik, walaupun tidak terlalu liar dan vulgar karena penulis menggambarkannya dalam tokoh binatang. Tetapi, siapapun yang membacanya pasti seketika mengetahui sosok yang menjadi tujuan dalam cerpen Polemik Soeharto Guru Korupsi Vs Bapak Pembangunan. Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. tldE.
  • 3e5qhrd72l.pages.dev/254
  • 3e5qhrd72l.pages.dev/211
  • 3e5qhrd72l.pages.dev/123
  • 3e5qhrd72l.pages.dev/432
  • 3e5qhrd72l.pages.dev/491
  • 3e5qhrd72l.pages.dev/188
  • 3e5qhrd72l.pages.dev/389
  • 3e5qhrd72l.pages.dev/36
  • cerpen karya seno gumira ajidarma